Aliefyami Putri Pertiwi
1 min readOct 3, 2023

Di tempat yang sama dan setiap orang yang kamu temui akan menghadirkan pengalaman pertama kali-mu.

Kurang lebih begitu kalimatnya.

Aku ingat betul pernah mengatakan ini ke temanku. Berbagi cerita setelah beberapa lama tidak bertemu. Mengingat kita sudah menyelesaikan status mahasiswa dengan lika-likunya. Menyingkirkan sisi introvertku yang malas ngobrol berubah jadi casciscus dengan temanku ini. Entah kenapa, tetiba muncul saja kalimat itu setelah obrolan panjang kami berdua.

Secara pasti, kamu pernah datang ke satu tempat yang sering kamu kunjungi. Beberapa kunjungan dengan orang berbeda atau mungkin kamu datang sendirian. Suasana, tempat duduk, lampu-lampu, makanan, minuman, obrolan, sampai lamunan — setiap kunjungan menangkap penglihatan berbeda, (bisa jadi) mendatangkan pengalaman pertama.

Ada yang berusaha dikenang dalam ketenangan.

Ada yang berusaha melupakan sekian kesakitan.

Dalam setiap ingatan datang dan pergi, riuh dan sendiri, kamu berusaha merangkai kecil demi kecil yang nanti mengutuhkan. Tawa dan luka datang dalam porsi yang sama, berjalan beriringan. Namun sesekali, merawat luka yang sudah terlanjur sampai melupakan kesenangan yang terkubur.

Aku katakan itu wajar. Aku menyebut itu manusiawi.

Nanti kamu harus kembali yakin, luka-luka itu bisa pulih walaupun berjejak.

Nanti kamu harus kembali yakin, menyiapkan tangan menyambut pengalaman pertamamu yang lain.