Sulung

Aliefyami Putri Pertiwi
3 min readSep 5, 2023

Sebenarnya aku penggemar berat lagu-lagu Raisa sejak era Apalah Arti Menunggu? Mungkin, waktu itu aku termasuk up to date tentang tren dan bisa akses Youtube. Nama Raisa di tahun 2011 sudah cukup besar dengan kepopuleran lagunya. Tapi, aku tau Raisa dari acara-acara musik yang menurutku lebih nge­-tren daripada Youtube.

Rambut panjang, cantik, tinggi, suara bagus.

Cukup mendefinisikan kata perfect, versiku.

Aku yakin, kamu juga punya hubungan spesial sama lagu-lagu Raisa dan mengalami banyak pasang-surut kehidupan, apalagi kisah cinta. Seenggaknya, lagu-lagu Raisa bisa jadi pelarian waktu lagi sedih-sedihnya menghadapi drama percintaan sebagai anak “remaja”.

Wawasan lagu-lagu galau utamaku masih diketuai Raisa sampai aku SMA.

Sekali seumur hidup, aku harus ke konser Raisa!

Naik tingkat jadi mahasiswa di tahun 2018 dengan segala perasaan excited-nya. Selayaknya penonton ftv, aku membayangkan dunia baru yang lebih keren dari kehidupan sebagai siswa sekolah. Maha menurut KBBI adalah amat, sangat, teramat. Menunjukkan konteks yang besar.

Aku kuliah di jurusan Sastra Indonesia. Masyarakat kita mengira kalau anak sastra identik dengan lagu indie, kopi, dan senja. Jujur aja, wawasanku terkait musik nggak sebanyak itu. Aku sebatas tau dua vibe musik, galau atau happy.

Bertambahnya lingkar pertemanan di perkuliahan, membawaku ke beragam perspektif teman-teman lewat musik. Aku jadi tau musisi-musisi yang bicara lewat karya dengan gaya musik berbeda. Jadi, aku bisa menikmati dan memahami suatu karya terutama lagu.

30 Januari 2022, jadi salah satu hari paling memorable buatku.

Waktu itu, aku datang ke konser yang diselenggarakan salah satu provider yang namanya besar di industri komunikasi. Acara ini mengundang musisi-musisi lokal Jemberan, juga tiga musisi ibukota.

Raisa, Kunto Aji, dan Rendy Pandugo.

Satu hal yang jelas karena aku penggemar karya-karya Raisa dan di sisi lain harga tiket konsernya murah. BANGET. Sebagai anak kos yang duitnya pas-pasan tentu mikir, “Kapan lagi tiket konser harga murah ngundang Raisa. Gas lah!”.

Nggak menampik juga, aku tau satu lagu yang bisa dinyanyiin sejuta umat hasil karya Kunto Aji, Terlalu Lama Sendiri. Untungnya, Kunto Aji ngebawain lagu ini. Seenggaknya, aku bisa nyanyi satu lagunya, lah. Hahaha.

Satu moment yang menarik perhatianku sebelumnnya. Ketika lampu-lampu panggung mulai diredupkan, menyisakan lampu warna merah yang menyorot band pengiring. Satu layar besar di belakang, menampilkan ilustrasi wajah Kunto Aji dari samping dengan background warna kuning mendominasi. Sedikit kepulan asap di panggung menambah kesan penyambutan Kunto Aji.

Yang sebaiknya kau jaga adalah

Dirimu sendiri…

WIH. Intronya nggak babibu.

Aku tanya salah satu temanku yang ngerti dan menyukai karya-karya Kunto Aji.

“Apa judul lagunya?”

“Sulung.”

Aku sempat merekam situasi konser saat hanya lampu-lampu merah di panggung menyala. Beberapa penonton yang menyanyikan penggalan liriknya. Entah bersabar menunggu Kunto Aji atau memang fokus penggalan lirik yang diperdengarkan, sepertiku. Tidak ada instrumen, hanya lirik yang dinyanyikan. Sendu.

Cukupkanlah

Ikatanmu

Relakanlah yang tak seharusnya untukmu..

Lagu ini dengan ­­ayu-nya menyampaikan nasihat. Bahkan lirik ini diulang empat kali, seperti mantra.

Aku berusaha memahami makna lagunya ketika dinyanyikan. Memahami kepingan liriknya. Memahami perasaan dan tanggung jawab yang aku bawa sebagai anak pertama. Merasakan besarnya harapan orang tua di pundakku. Belajar mengikhlaskan semua yang terjadi walaupun seringkali mengecewakan orang lain, terlebih diri sendiri.

Sebagai anak pertama dengan segala naik-turunnya, susah-sedihnya, aku berterimakasih kepada Kunto Aji berusaha memahami perasaanku, kamu, dan kita sebagai anak pertama. Terima kasih sudah menghadirkan lagu Sulung, aku belajar mengerti kurang dan lebihku sebagai manusia.

--

--